OnePlus.web.id – 5 November 2025 Jika dulu cacing tanah hanya dianggap binatang menjijikkan, kini hewan mungil ini justru menjadi “emas hidup” bagi para petani di Sleman (DIY) dan Blitar (Jawa Timur). Dari tanah basah di pekarangan rumah, mereka mampu menambang rupiah jutaan setiap bulan.
Bagi Rini Hartatik, warga Gamping, Sleman, usaha budidaya cacing dimulai dari rasa penasaran. “Awalnya cuma untuk pupuk tanaman, eh malah banyak yang pesan cacingnya untuk pakan ikan,” ujarnya sambil tersenyum. Dari lahan tidak lebih dari 10 meter persegi, kini Rini bisa mengirim cacing segar ke berbagai daerah di Jawa.
Menariknya, sebagian petani muda di Blitar justru memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan bisnis cacing tanah. Mereka memasarkan hasil panen lewat media sosial, bahkan menjual kascing—kotoran cacing yang kaya nutrisi—sebagai pupuk premium dalam kemasan modern.
“Pasar digital membuka jalan baru. Kami tidak hanya jual cacing mentah, tapi juga produk turunannya seperti pupuk cair dan kompos organik,” terang Adit Prasetyo, petani muda asal Kanigoro, Blitar.
Daya tahan cacing yan tinggi, siklus panen cepat, dan modal usaha yang kecil membuat banyak orang mulai melirik sektor ini. Modal awal sekitar Rp 1 juta saja sudah cukup untuk memulai, dan hasil panen bisa mencapai laba dua hingga tiga kali lipat setiap bulannya.
Selain menguntungkan, budidaya cacing juga membawa dampak positif bagi lingkungan. Limbah organik dari dapur rumah tangga kini bisa dimanfaatkan sebagai pakan, mengurangi sampah, dan menghasilkan nilai ekonomi baru.
Tren ini kini mulai menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Cacing tanah bukan lagi sekadar penghuni tanah basah, melainkan simbol inovasi pertanian modern yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Reina



0 Komentar