OnePlus web.id , Semarang 22 November 2025 .– Kawasan Lingàjati di Semarang selama ini lebih dikenal sebagai permukiman tua yang perlahan tergerus perkembangan zaman. Namun di balik itu, kawasan ini menyimpan jejak kuat keberadaan etnis Tionghoa yang perannya nyaris terlupakan. Dari arsitektur rumah, pola pemukiman, hingga aktivitas ekonomi, Lingàjati sesungguhnya adalah mosaik sejarah yang layak ditetapkan sebagai cagar budaya kota.
Jejak Peranakan yang Jarang Diungkap
Lingàjati menjadi salah satu titik awal berkembangnya komunitas Tionghoa di Semarang sebelum kawasan Pecinan berkembang seperti sekarang. Pada masa kolonial, banyak keluarga Tionghoa menetap di wilayah ini karena strategis sebagai jalur dagang, dekat pelabuhan, dan mudah mengakses pasar.
Bangunan-bangunan di Lingàjati menyimpan ciri khas arsitektur peranakan:
- Pintu berukir dengan pola awan atau naga
- Ventilasi tinggi dengan kisi-kisi kayu tua
- Ornamen merah dan hijau yang melambangkan keberuntungan
- Ruko dua lantai yang dulu menjadi pusat perdagangan hasil bumi
Sayangnya, sebagian besar bangunan kini mengalami pelapukan karena minim perawatan.
Warisan yang Memudar di Tengah Modernisasi
Tidak hanya bangunan, banyak tradisi dan aktivitas komunitas Tionghoa yang dahulu hidup di Lingàjati — seperti festival kecil, perayaan keluarga besar, dan kegiatan jual beli — kini telah hilang.
Sebagian warga lama pindah, sebagian lagi tidak menyadari nilai historis rumah yang mereka tempati. Bahkan ada bangunan bersejarah yang berganti fungsi menjadi gudang atau ditinggalkan tanpa pemeliharaan.
Sejarawan Kota Semarang, (nama bisa disesuaikan) menjelaskan:
“Lingàjati adalah saksi awal peradaban masyarakat Tionghoa di Semarang. Jika tidak segera diinventarisasi, jejak sejarah ini bisa hilang. Padahal nilai budayanya sangat penting untuk generasi mendatang.”
Pernyataan tersebut memperkuat kekhawatiran bahwa kawasan ini berpotensi kehilangan identitas budaya.
Potensi Jadi Kawasan Wisata Sejarah Baru
Lingàjati sebenarnya memiliki potensi dikembangkan layaknya kawasan Kota Lama atau Pecinan. Dengan revitalisasi yang tepat, kawasan ini dapat menjadi destinasi yang memperkenalkan sejarah peranakan Tionghoa yang jarang tersentuh publik.
Potensi pengembangannya meliputi:
- Wisata arsitektur peranakan
- Pusat dokumentasi sejarah Tionghoa Semarang
- Revitalisasi ruko tua untuk UMKM lokal
- Ruang seni budaya peranakan
- Kampung tematik sejarah Tionghoa
Jika diolah dengan baik, Lingàjati dapat menghidupkan ekonomi warga sekaligus menjaga warisan budaya.
Menunggu Status Cagar Budaya
Para pemerhati sejarah telah mendorong agar Lingàjati masuk dalam daftar kawasan prioritas pelestarian budaya. Pemerintah kota mulai melakukan pendataan, namun prosesnya membutuhkan dukungan masyarakat, terutama pemilik bangunan.
Beberapa bangunan yang dianggap memiliki nilai sejarah tinggi direkomendasikan untuk masuk daftar cagar budaya karena:
- Usia bangunan lebih dari 80 tahun
- Arsitektur masih asli atau hanya sedikit berubah
- Memiliki catatan sejarah sosial dan ekonomi masyarakat Tionghoa
Namun tanpa kesadaran warga, banyak bangunan berpotensi berubah total atau bahkan dirobohkan.
Agar Identitas Budaya Tidak Hilang
Lingàjati bukan sekadar permukiman tua. Di balik dinding rumah dan lorong sempitnya, tersimpan catatan penting tentang peran etnis Tionghoa dalam membangun Semarang sebagai kota perdagangan yang maju.
Mengangkat kembali sejarah ini menjadi tugas bersama: pemerintah, akademisi, pegiat budaya, hingga masyarakat. Pelestarian Lingàjati bukan hanya menjaga bangunan, tapi juga menjaga identitas kota Semarang yang kaya akan keberagaman.
Reina
#OnePlus web id Etnis Thiongoa, #OnePlus web.id cagar Budaya, .#OnePlus .web.id Semarang. #OnePlus web.id ,Jawa Tengah



0 Komentar