OnePlusWeb — Laporan KhususJ akarta 25 November 2025 Ketegangan internal kembali mengemuka di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) setelah Rais Aam KH Miftachul Akhyar resmi mencopot Charles Holland Taylor dari jabatan penasihat khusus Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Langkah ini menjadi salah satu titik paling krusial dari dinamika menjelang Muktamar 2027, sekaligus menggambarkan perbedaan arah pandang antara Syuriyah dan Tanfidziyah.
Pencopotan Taylor dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 4780/PB.23/A.II.10.71/99/11/2025, yang diteken langsung Rais Aam. Surat itu menegaskan bahwa mandat Taylor sebagai penasihat urusan internasional Ketua Umum PBNU resmi dihentikan.
Keputusan tersebut bukan sekadar tindakan administratif. Di baliknya, terdapat kegelisahan yang menguat di kalangan Syuriyah, terutama terkait jaringan internasional yang dikaitkan dengan kegiatan akademik maupun diplomasi PBNU.
Rapat Harian Syuriyah PBNU pada 20 November 2025 menjadi tonggak pengambilan keputusan ini. Dalam rapat tersebut, sejumlah pengurus menganggap Taylor memiliki afiliasi yang dinilai “berpotensi mencederai posisi politik luar negeri PBNU”, khususnya terkait isu-isu global yang sensitif bagi basis warga Nahdliyin.
Sumber internal PBNU menyebut bahwa pemicu utama pencopotan Taylor muncul dari kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU). Beberapa nama pembicara asing yang diundang ke dalam forum tersebut disebut memiliki hubungan dengan jejaring internasional yang kontroversial, termasuk isu zionisme.
Bagi Syuriyah, bila dibiarkan, langkah-langkah semacam ini dapat membentuk persepsi bahwa PBNU sedang menggeser haluan politik luar negerinya — sesuatu yang dianggap sangat sensitif dan berpotensi memunculkan resistensi dari akar rumput.
Sekjen PBNU, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), meminta seluruh pengurus dari pusat hingga daerah untuk tetap tenang. Ia menegaskan bahwa dinamika yang terjadi adalah bagian dari mekanisme organisasi dan publik diminta tidak terjebak dalam spekulasi.
Sementara itu, Gus Yahya yang sebelumnya juga mendapat desakan agar mundur dari jabatannya, menyatakan tidak akan mengundurkan diri dan memilih tetap menjalankan amanah Muktamar.
Dicopotnya seorang penasihat asing—yang dekat dengan jejaring diplomasi Gus Yahya—bisa dibaca sebagai manuver Syuriyah untuk menegaskan otoritas mereka. Dalam struktur PBNU, Rais Aam memang memegang kendali tertinggi dalam urusan keagamaan dan arah besar organisasi.
Insiden ini sekaligus mempertegas dua hal:
-
Pertarungan arah pemikiran dan diplomasi
PBNU di bawah Gus Yahya dikenal aktif membangun jejaring internasional, membuka hubungan yang lebih luas dengan institusi global. Namun, tidak semua kalangan internal sepakat dengan pendekatan tersebut. -
Menguatnya posisi Syuriyah jelang agenda besar NU
Dengan mencopot penasihat utama pimpinan tanfidziyah, Syuriyah menunjukkan bahwa pengawasan mereka terhadap kebijakan luar negeri PBNU semakin ketat.
Pencopotan ini bisa menjadi awal dari konsolidasi besar-besaran di tubuh PBNU. Banyak pengamat menilai bahwa langkah ini bukan semata soal Charles Taylor, tetapi soal kontrol, arah, dan identitas PBNU di kancah global.
Apakah PBNU akan kembali menutup ruang bagi jejaring internasional yang dianggap kontroversial? Atau justru mencari format baru yang dapat menjembatani visi Gus Yahya dengan kehati-hatian Syuriyah?
Dinamika ini sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat.
Reina



0 Komentar