Iklan

header ads

Getah Kehidupan: Petani Karet Jambi Menyulap Tetesan Putih Jadi Harapan Baru


OnePlusWeb.id — Jambi.
 11 November 2025 .Setiap pagi, sebelum matahari naik tinggi, deretan pohon karet di Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, sudah ramai oleh aktivitas para petani. Di antara suara serangga dan embun yang masih menetes, para petani bergerak cepat dengan pisau sadap di tangan. Tetesan getah putih yang perlahan mengalir bukan sekadar hasil alam — bagi mereka, itu adalah napas kehidupan.


“Dari getah ini kami bisa menyekolahkan anak dan membangun rumah,” ujar Rizal (42), petani yang telah dua dekade menggantungkan hidupnya pada kebun karet milik keluarga. “Meski harga sering turun, kami tidak menyerah. Karet sudah jadi bagian hidup 





Harga karet memang fluktuatif. Dalam beberapa tahun terakhir, harga getah di tingkat petani kadang tak menutup biaya operasional. Namun di Jambi, semangat para petani justru melahirkan cara-cara baru agar tetap bertahan.
Mereka mulai bergabung dalam kelompok tani inovatif yang tidak hanya menyadap getah, tapi juga mengolah hasilnya menjadi produk siap pakai. Dari sandal karet, sol sepatu, hingga lem dan bahan dasar industri kecil — semuanya dibuat dari hasil kebun sendiri.


“Sebelum ada pelatihan, kami hanya jual mentah. Sekarang kami bisa buat barang jadi dan hasilnya jauh lebih menguntungkan,” kata Nurhayati (37), anggota kelompok wanita tani di Muaro Jambi yang kini aktif memasarkan produk olahan karet lewat media sosial.


Bersama pendamping dari Dinas Perkebunan, para petani kini tak hanya diajarkan cara menyadap yang benar, tapi juga cara mengenal pasar digital.
Mereka belajar memotret produk, membuat merek sederhana, bahkan menjual secara daring melalui marketplace. Beberapa kelompok tani bahkan sudah punya merek dagang lokal, salah satunya Getah Jambi Craft yang mulai dikenal di pasar domestik.


Tak hanya itu, bantuan pemerintah berupa bibit unggul karet tahan penyakit juga membuat produktivitas meningkat. Jika sebelumnya satu hektare lahan hanya menghasilkan 700 kg per tahun, kini bisa mencapai lebih dari 1 ton dengan teknik penyadapan modern.


Keberadaan kebun karet bukan hanya memberi penghasilan, tetapi juga menjaga keseimbangan lingkungan.
Ahli lingkungan dari Universitas Batanghari, Dr. Andika Prasetyo, menjelaskan bahwa pohon karet termasuk tanaman penyerapan karbon yang tinggi.
“Kalau dikelola tanpa merusak, karet bisa menjadi benteng hijau bagi bumi. Ini bukan sekadar komoditas, tapi investasi ekologis,” ujarnya.


Selain itu, sebagian kelompok tani kini mulai menerapkan pupuk organik dan sistem tumpangsari dengan tanaman jahe, pisang, dan kopi di sela-sela pohon karet. Cara ini bukan hanya menjaga kesuburan tanah, tetapi juga memberi penghasilan tambahan.


Kini, wajah perkebunan karet Jambi mulai berubah. Bukan lagi sekadar tempat menyadap getah, melainkan ruang kreasi dan kolaborasi. Dari ladang sederhana di pelosok desa, muncul inovasi yang mengangkat derajat petani kecil ke ranah industri kreatif.


“Dulu kami hanya petani karet biasa, sekarang kami pengrajin juga,” ucap Rizal dengan bangga sambil menunjukkan sandal karet hasil karyanya.


Bagi mereka, tetesan getah yang jatuh dari batang pohon bukan sekadar sumber nafkah, melainkan lambang keteguhan dan harapan.
Selama semangat itu terus hidup, perkebunan karet Jambi akan tetap menjadi bukti bahwa kemakmuran bisa tumbuh dari tanah sendiri, dari tangan-tangan sederhana yang tak pernah berhenti berusaha.


Reina 

Posting Komentar

0 Komentar