OnePlusWeb.id ,29 November 2025 .– Dalam beberapa tahun terakhir, istilah ramalan Jagabaya kembali mencuri perhatian publik. Sejumlah peristiwa nasional maupun lokal disebut-sebut memiliki kesamaan dengan ramalan yang diyakini berasal dari para leluhur Nusantara, terutama yang berkaitan dengan kondisi sosial, politik, hingga bencana alam. Pertanyaannya, apakah kesamaan itu hanya kebetulan, atau memang terdapat fenomena nyata di balik tradisi tersebut?
Jagabaya dalam sejarah Jawa dikenal sebagai tokoh penjaga keamanan dan ketertiban desa pada masa kerajaan. Meski berperan dalam urusan fisik dan sosial, beberapa naskah kuno menyebutkan bahwa sebagian Jagabaya memiliki kemampuan membaca tanda-tanda alam, memahami arah zaman, hingga memberikan nasihat terkait masa depan.
Ramalan Jagabaya biasanya disampaikan dalam bentuk wejangan, candrasengkala, atau tanda-tanda alam yang dipahami melalui fenomena tertentu—mulai dari perubahan cuaca, perilaku hewan, sampai kegelisahan sosial masyarakat.
Belakangan, banyak masyarakat membandingkan ramalan Jagabaya dengan sejumlah kejadian yang terjadi saat ini. Tidak sedikit yang menilai ada kesamaan yang sulit diabaikan. Misalnya:
-
Keresahan sosial dan perubahan kepemimpinan
Beberapa wejangan berbicara tentang masa-masa penuh kegaduhan sebelum sebuah era baru dimulai. Situasi politik yang dinamis dalam beberapa tahun terakhir dianggap sejalan dengan prediksi tersebut. -
Bencana dan perubahan alam
Ramalan tentang “bumi bergoyang di tahun pasaran tertentu” oleh sebagian masyarakat dianggap cocok dengan meningkatnya aktivitas gempa di beberapa wilayah. -
Perubahan ekonomi masyarakat
Beberapa pernyataan tentang “hilangnya kemakmuran dari pusat menuju daerah” juga sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang tidak merata.
Namun para akademisi mengingatkan bahwa ramalan seperti ini sering kali bersifat terbuka, sehingga mudah diinterpretasikan sesuai kondisi zaman.
“Fenomena ini mirip dengan self-fulfilling prophecy atau pola pengaitan yang longgar. Karena sifat ramalannya tidak spesifik, masyarakat dapat menemukan kecocokan di mana saja,” ujar Dr. Ulya Prabasmara, peneliti budaya Jawa dari Universitas Indonesia.
Meski begitu, ia juga mengakui bahwa kearifan lokal seperti ramalan Jagabaya tidak dapat dilepaskan dari tradisi membaca tanda alam yang telah dilakukan berabad-abad. “Ada unsur kebijaksanaan tentang siklus alam dan sosial. Itu tidak bisa dianggap sepenuhnya kebetulan.”
Terlepas dari perdebatan ilmiah, banyak yang tetap mempercayai ramalan Jagabaya sebagai bagian dari falsafah hidup, bukan sekadar prediksi masa depan. Sebagian melihatnya sebagai pengingat untuk lebih peka terhadap perubahan lingkungan, lebih berhati-hati dalam bertindak, serta menjaga harmoni sosial
“Ramalan itu bukan untuk menakut-nakuti, tapi agar manusia sadar bahwa setiap zaman membawa tantangan,” ujar Sastro Wijoyo, tokoh budaya dari Klaten.
Ramalan Jagabaya hingga kini masih menjadi bagian penting dari dinamika masyarakat Nusantara. Apakah kesamaan peristiwa dengan ramalan itu sebuah kebetulan atau fenomena nyata, hingga kini masih terbuka untuk ditafsirkan. Yang jelas, keberadaannya memperkaya identitas budaya dan mengingatkan masyarakat bahwa setiap perubahan memiliki akar sejarah yang panjang.
Reina



0 Komentar