Iklan

header ads

Dua Kereta Pusaka Keraton Warnai Kemegahan Kirab Trunajaya di Malioboro


Yogyakarta,23 Oktober 2025. OnePlus.web.id 
Suasana Jalan Malioboro, Yogyakarta, mendadak semarak dan penuh pesona budaya saat dua kereta pusaka milik Keraton Kasultanan Yogyakarta tampil dalam Kirab Trunajaya, Kamis (23/10). Kehadiran dua kereta bersejarah itu menjadi daya tarik utama dalam kirab yang diikuti ratusan abdi dalem, seniman, pelajar, dan masyarakat umum.


Kereta pusaka yang diturunkan kali ini adalah Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kereta Kiai Garuda Kencana, dua simbol kemegahan dan kewibawaan raja-raja Mataram yang kini tersimpan di Museum Kereta Keraton Yogyakarta.


Pesona Dua Kereta Pusaka Keraton

Kereta Kanjeng Nyai Jimat merupakan salah satu kereta tertua di Keraton Yogyakarta. Dibuat pada tahun 1750 di Belanda, kereta ini dulu digunakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I untuk acara-acara sakral kerajaan. Kereta ini memiliki ornamen penuh filosofi dengan dominasi warna emas dan merah, melambangkan kekuasaan serta kesucian. Hingga kini, kereta tersebut hanya dikeluarkan pada upacara adat penting, termasuk kirab pusaka menjelang 1 Sura.


Sementara itu, Kereta Kiai Garuda Kencana adalah kereta kebesaran raja yang paling megah dan sarat makna. Dibuat pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII, kereta ini dikenal karena keindahan ukiran garuda di bagian depan yang melambangkan keberanian, kejayaan, dan perlindungan raja terhadap rakyatnya. Seluruh badan kereta dilapisi warna emas, menjadikannya ikon keagungan Keraton Yogyakarta.


Simbol Kebesaran dan Pelestarian Budaya

Menurut GBPH Yudhaningrat, pengageng Tepas Pariwisata Keraton Yogyakarta, Kirab Trunajaya menjadi ajang untuk memperkenalkan kembali nilai-nilai luhur budaya Jawa kepada generasi muda.

“Kehadiran dua kereta pusaka ini bukan sekadar tontonan, melainkan tuntunan untuk menghargai warisan sejarah yang tak ternilai. Inilah wujud nyata pelestarian budaya yang diwariskan secara turun-temurun,” ujarnya.

 

Ribuan warga dan wisatawan tampak memadati kawasan Malioboro sejak pagi hari. Banyak di antara mereka mengabadikan momen langka tersebut. Gamelan tradisional, aroma dupa, dan langkah para prajurit bergaya klasik menambah suasana sakral dan megah di jantung Kota Yogyakarta.


Selain kirab, acara juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni tradisional seperti tari Bedhaya, reog, bregada prajurit, dan wayang kulit. Kirab Trunajaya ditutup dengan doa bersama sebagai simbol harapan agar Yogyakarta dan Indonesia senantiasa diberkahi kedamaian serta kemakmuran.


Dengan tampilnya dua kereta pusaka ini, Keraton Yogyakarta kembali menegaskan perannya sebagai penjaga warisan budaya Nusantara yang hidup dan lestari hingga kini.


R70T

Posting Komentar

0 Komentar