Bandung, 10 Oktober 2025.OnePlus.web.id Wayang Golek, salah satu kesenian tradisional khas Jawa Barat, masih menjadi kebanggaan masyarakat Sunda hingga saat ini. Kesenian yang menggabungkan seni ukir, seni suara, dan nilai-nilai filosofi kehidupan ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga sarana pendidikan moral dan budaya yang diwariskan turun-temurun sejak ratusan tahun lalu.
Wayang golek diyakini berkembang pada abad ke-16, seiring penyebaran agama Islam di tanah Pasundan. Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati disebut-sebut sebagai tokoh yang memperkenalkan bentuk wayang tiga dimensi dari kayu ini. Seiring waktu, wayang golek berkembang pesat di daerah Priangan seperti Garut, Bandung, dan Tasikmalaya, hingga menjadi ikon budaya Jawa Barat yang mendunia.
Pesona dalam Setiap Gerak dan Cerita
Pertunjukan wayang golek biasanya dimainkan oleh seorang dalang, yang tidak hanya menggerakkan boneka kayu tetapi juga menjadi sutradara, narator, sekaligus penasehat moral bagi penonton. Cerita yang dibawakan sering kali bersumber dari kisah Mahabharata dan Ramayana, namun telah disesuaikan dengan nilai-nilai lokal Sunda dan ajaran Islam.
Setiap tokoh wayang memiliki makna tersendiri. Misalnya, Semar melambangkan kebijaksanaan dan kejujuran rakyat kecil, sementara Cepot menjadi simbol humor, kritik sosial, dan keteguhan hati. Tokoh-tokoh ini membuat wayang golek tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan seperti kejujuran, kesetiaan, dan keadilan.
Karya Seni yang Bernilai Tinggi
Pembuatan wayang golek membutuhkan keterampilan tinggi dan ketelitian luar biasa. Kayu pule atau mahoni biasanya dipilih karena ringan dan mudah diukir. Setiap tokoh dibuat dengan ekspresi wajah, warna, serta busana yang berbeda, menyesuaikan karakter yang diperankan. Tak heran, satu set wayang golek bisa bernilai jutaan rupiah, bahkan menjadi koleksi seni yang diminati wisatawan mancanegara.
Dalang Legendaris dan Regenerasi Seniman
Nama-nama besar seperti Dalang Asep Sunandar Sunarya, Dadan Sunandar Sunarya, dan Ki Enthus Susmono telah membawa wayang golek ke panggung nasional hingga internasional. Melalui kreativitas mereka, wayang golek tampil lebih segar dengan sentuhan humor dan pesan sosial yang relevan dengan zaman.
Saat ini, berbagai sanggar seni di Jawa Barat aktif melatih generasi muda agar tetap mencintai dan melestarikan seni tradisi ini. Pemerintah daerah pun rutin menggelar Festival Wayang Golek sebagai bentuk apresiasi terhadap para seniman dan upaya menjaga warisan budaya leluhur.
Wayang Golek di Era Digital
Menariknya, di era modern, wayang golek kini hadir dalam format digital dan media sosial. Banyak dalang muda menampilkan pertunjukan melalui platform YouTube dan TikTok agar kesenian ini dapat menjangkau penonton yang lebih luas. Hal ini membuktikan bahwa Wayang Golek mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya.
Menjaga Warisan, Merawat Identitas
Wayang golek bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan hidup bagi masyarakat Sunda. Nilai-nilai moral, pesan kemanusiaan, dan kearifan lokal yang disampaikan dalam setiap lakon menjadi pengingat pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Melalui pelestarian dan inovasi, Wayang Golek akan terus menjadi kebanggaan budaya Nusantara yang tak lekang oleh waktu — warisan indah yang mengajarkan bahwa dalam setiap gerak kayu, tersimpan jiwa dan filosofi kehidupan
(R70T)..






0 Komentar