Iklan

header ads

Artis di Panggung Politik: Ketika Popularitas Jadi Modal Legislatif


OnePlus Web.id
— Jakarta 14 November 2025 .Dunia hiburan dan dunia politik semakin bersinggungan. Belakangan ini, sejumlah artis Tanah Air tak hanya mengejar ketenaran di layar kaca, tetapi juga merambah kursi legislatif dan jabatan publik. Fenomena ini mencerminkan tren “politainment” di mana figur publik dimanfaatkan sebagai modal elektoral oleh 


Tren artis menjadi politisi bukan hal baru. Sejak era reformasi, banyak selebriti yang memilih terjun ke ranah politik karena modal populeritas.
Menurut analisis, partai politik sering merekrut artis karena kemampuan mereka menarik perhatian publik dan memperkuat 


Berikut beberapa artis Indonesia yang kini aktif di dunia politik:

  • Ririn Setyarini: Mantan aktris yang kini terlibat di dunia politik, bergabung dengan Partai Gerindra.
  • Komeng (Alfiansyah Bustami): Komedian terkenal yang sukses menjadi Senator mewakili Jawa Barat sejak 1 Oktober 2024.
  • Iyeth Bustami: Pedangdut dan penyanyi dangdut yang kini menjabat sebagai anggota DPR dari partai National Awakening Party (PKB).
  • Arzeti Bilbina: Model dan aktris yang kini mengabdi sebagai anggota DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
  • Maya Rumantir: Penyanyi dan aktris yang menjabat sebagai senator untuk Sulawesi Utara.
  • Krisdayanti: Musisi dan aktris yang aktif dalam politik, pernah duduk di DPR melalui PDIP.
  • Desy Ratnasari: Aktris legendaris yang juga pernah menjadi anggota DPR.
  • Verrell Bramasta: Aktor muda yang mencuri perhatian setelah mencalonkan diri sebagai caleg dan berjanji memperjuangkan isu generasi muda seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).


Keterlibatan artis dalam politik menuai beragam pendapat:

  • Pro:

    • Artis memiliki daya tarik besar dan jaringan media yang bisa memobilisasi dukungan.
    • Mereka bisa membawa perspektif baru, terutama isu-isu sosial atau budaya, ke dalam kebijakan publik.
    • Kepopuleran bisa membuat politik lebih “dekat” dengan masyarakat.
  • Kontra:

    • Popularitas tidak selalu diiringi kompetensi politik. Ada kekhawatiran bahwa figur elektoral dipilih semata karena nama besar, bukan visi atau kapabilitas.
    • Fenomena ini bisa jadi jalan pintas bagi partai untuk mendapatkan kursi, tapi menimbulkan pertanyaan soal regenerasi kader partai.
    • Ada kritik bahwa “politik artis” bisa mengaburkan peran politik sebagai panggilan publik, menjadi sekadar panggung hiburan yang disuntik formalitas 

Fenomena politainment bisa berdampak ganda:

  1. Keterlibatan Masyarakat
    Sebagian publik menilai kehadiran artis di parlemen bisa meningkatkan minat masyarakat terhadap politik, terutama di kalangan generasi muda.

  2. Kualitas Legislasi
    Namun, kualitas wakil rakyat tidak semata diukur dari nama besar. Agar hasil legislatif bermakna, diperlukan juga pemahaman kebijakan yang matang, tidak hanya sekadar publik figur.

  3. Kontestasi Partai
    Partai-partai politik perlu menyeimbangkan antara memanfaatkan figur populer dan membina kader yang kompeten. Bergantung hanya pada artis bisa menghambat regenerasi kepemimpinan partai.


Perpaduan antara dunia selebritas dan politik di Indonesia menunjukkan dinamika demokrasi yang terus berkembang. Artis yang terjun ke politik membawa potensi besar dalam mendekatkan lembaga legislatif dengan masyarakat umum. Namun, untuk menjadikan fenomena ini sebagai kekuatan positif, publik dan partai politik sama-sama bertanggung jawab menjamin bahwa selain populer, para politisi-artis juga benar-benar mampu menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat.


Reina


Posting Komentar

0 Komentar