OnePlusWeb.id —11 November 2025 .Pasar tradisional di berbagai daerah kini kembali ramai dengan kabar “panas dingin”. Dua bumbu dapur yang selalu jadi sahabat setia ibu rumah tangga — bawang merah dan bawang putih — kini sedang bermain harga.
Survei terbaru menunjukkan tren yang cukup unik: bawang merah merangkak naik di banyak daerah, sementara bawang putih justru anjlok di beberapa sentra produksi.
Bawang Merah: Di DIY dan Riau Harga Melonjak!
Dari hasil pemantauan harga per 25 September 2025, rata-rata harga bawang merah nasional berada di kisaran Rp 59.140 per kilogram.
Namun, dua provinsi mencatat lonjakan tertinggi yakni:
- Yogyakarta: Rp 72.450/kg
- Riau: Rp 72.400/kg
Sementara harga di beberapa kota besar lain masih lebih terjangkau:
- Tangerang Selatan: Rp 42.650/kg
- Jawa Timur: Rp 47.800/kg
- NTB: Rp 44.500/kg
Pedagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, mengaku kenaikan ini terjadi karena stok dari Brebes dan Nganjuk menurun akibat hujan lebat, membuat proses pengeringan dan pengiriman melambat.
“Sekarang barang datangnya sedikit. Kalau pun ada, kualitasnya banyak yang lembab, jadi cepat busuk,” kata Siti Aminah, pedagang bawang di Yogyakarta.
Bawang Putih: Turun di Banyak Daerah, Tapi Masih Mahal di Timur
Berbeda nasib dengan saudaranya, bawang putih justru mengalami penurunan harga nasional.
Rata-rata harga per September 2025 tercatat Rp 38.129/kg, turun sekitar 5 persen dibanding tiga bulan sebelumnya.
Harga Bawang Putih di Beberapa Wilayah:
- Kalimantan Timur: Rp 77.450/kg
- Papua: Rp 68.200/kg
- Sumatera Utara: Rp 44.700/kg
- Jawa Tengah: Rp 39.800/kg
- Sembalun (NTB): hanya Rp 3.000/kg di tingkat petani!
Kisah di Sembalun menjadi sorotan tersendiri. Setelah panen raya, harga di tingkat petani justru anjlok hingga titik terendah, membuat sebagian petani memilih menjemur hasil panen daripada menjual rugi.
“Kalau dijual sekarang, kami malah tekor. Biaya pupuk dan tanam saja lebih mahal,” keluh Sudirman, petani di Lombok
Analis pangan, Dr. Eko Santoso, menjelaskan bahwa perbedaan harga ini disebabkan oleh disparitas distribusi antar wilayah.
Wilayah barat (Jawa, Sumatra) lebih mudah mendapat pasokan, sementara kawasan timur masih terkendala ongkos logistik tinggi dan ketergantungan impor.
“Selama biaya kirim dari pelabuhan utama ke Indonesia timur masih mahal, harga di sana akan terus lebih tinggi,” ungkapnya.
Selain itu, penurunan impor dari Tiongkok juga memengaruhi pasokan bawang putih. Beberapa pelabuhan sempat memperketat izin masuk barang hortikultura sehingga stok di gudang menipis.
Data Tren Nasional Juli–Oktober 2025
| Bulan | Bawang Merah (Rp/kg) | Bawang Putih (Rp/kg) |
|---|---|---|
| Juli 2025 | 50.379 | 40.190 |
| Agustus 2025 | 54.120 | 39.500 |
| September 2025 | 59.140 | 38.129 |
| Oktober 2025 | 61.200 | 37.900 |
Dari data ini terlihat, bawang merah terus naik tiap bulan, sedangkan bawang putih
Menjelang Natal dan Tahun Baru, persedian bahan taan bahan pokok biasanya meningkat.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) sudah menyiapkan langkah antisipasi dengan operasi pasar dan penambahan stok bawang impor untuk menekan kenaikan harga.
“Kami jaga agar stok tetap aman dan harga tidak melonjak terlalu tinggi,” ujar Arief Prasetyo Adi, Kepala Bapanas, dalam konferensi pers di Jakarta.
Namun, pemerintah juga diingatkan untuk menetapkan harga dasar petani, terutama di daerah penghasil seperti NTB dan Jawa Tengah, agar mereka tidak dirugikan saat panen raya.
Agar kantong tetap aman, berikut beberapa tips dari para pedagang pasar:
- Belanja pagi hari. Harga masih segar dan lebih murah.
- Beli dalam jumlah sedang. Bawang merah cepat busuk jika lembab.
- Simpan di wadah terbuka. Hindari plastik agar bawang tidak berair.
- Gunakan bawang bubuk alami. Lebih hemat, tahan lama, dan tetap gurih.
Pasar bawang kali ini benar-benar “bercerita”.
Bawang merah menunjukkan gairah ekonomi daerah yang meningkat, sementara bawang putih mengingatkan pentingnya stabilitas harga di tingkat petani.
Keduanya mencerminkan wajah pangan Indonesia dinamis, penuh warna, dan sarat perjuangan rakyat kecil.
Reina



0 Komentar