Iklan

header ads

Suku Bunga Kredit Disebut Terus Merangkak, Nasabah Keluhkan Beban Pembayaran Meningkat


OnePlusWeb.id –
 Nasional 28  November 2025 Sejumlah nasabah perbankan di Indonesia mulai menyuarakan keluhan terkait tingginya suku bunga kredit yang dinilai semakin memberatkan. Meskipun pihak perbankan memiliki pertimbangan tersendiri dalam penetapan bunga, masyarakat menilai kebijakan tersebut membuat cicilan bulanan terasa semakin menekan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.


Dalam beberapa bulan terakhir, berbagai jenis kredit—mulai dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit kendaraan, hingga kredit konsumtif—dilaporkan mengalami penyesuaian bunga. Meski besarannya berbeda tiap bank, pola kenaikan di beberapa lembaga keuangan membuat debitur harus menghitung ulang kemampuan finansial mereka.


Salah satu nasabah KPR di Jakarta mengaku cicilannya naik cukup signifikan setelah suku bunga mengambang (floating rate) diberlakukan.

“Awalnya cicilan saya masih terjangkau. Tapi setelah bunga naik, pembayaran bulanan hampir melonjak 10 persen. Tidak ada pemberitahuan jauh-jauh hari, sehingga kami cukup kaget,” ujarnya.

Keluhan serupa juga datang dari pelaku UMKM yang menggantungkan modal usaha pada kredit perbankan. Mereka menilai suku bunga yang tinggi membuat usaha semakin sulit berkembang.


Sejumlah analis perbankan menjelaskan bahwa penyesuaian bunga kredit biasanya mengikuti perubahan suku bunga acuan dan kondisi pasar keuangan nasional. Ketika biaya dana meningkat, bank turut menyesuaikan bunga pinjaman untuk menjaga stabilitas operasional.

Namun, sebagian pengamat menilai bahwa transparansi terkait skema bunga dan simulasi risiko masih perlu ditingkatkan agar nasabah tidak merasa dirugikan.


Menurut pengamat keuangan, tantangan utama bukan hanya pada tingginya bunga, tetapi juga pada bagaimana nasabah memahami perbedaan antara fixed rate dan floating rate.

“Banyak debitur mengambil kredit dengan bunga rendah di awal, tanpa mengetahui bahwa itu hanya berlaku sementara. Ketika bunga kembali normal, barulah mereka merasa keberatan,” jelasnya.

Ia menilai perlunya edukasi keuangan yang lebih luas, termasuk dari pihak bank, agar nasabah mampu mengukur risiko sejak awal.


Masyarakat berharap ada kebijakan penyesuaian bunga yang lebih ramah bagi debitur, terutama bagi pelaku usaha kecil yang sangat bergantung pada modal pinjaman.

Pemerintah dan otoritas keuangan disebut tengah memantau dinamika tersebut, mengingat stabilitas perbankan harus tetap berjalan seiring dengan kemampuan masyarakat dalam memenuhi kewajibannya.


Reina 

Posting Komentar

0 Komentar